Industri Hotel di Jakarta Terpuruk, Banyak Bangunan Buru-buru Dijual Murah

Industri Hotel di Jakarta Terpuruk, Banyak Bangunan Buru-buru Dijual Murah

Industri hotel di Jakarta sedang menghadapi masa sulit. Banyak hotel mengalami penurunan okupansi dan merugi sampai pemilik memilih untuk menjual gedung.

Tim detikProperti menelusuri soal gedung hotel yang dijual. Dari pantauan di situs jual beli properti, sejumlah bangunan hotel dijual cepat dan murah di Jakarta.

Salah satunya sebuah hotel di kawasan Gajah Mada, Jakarta Pusat dijual seharga Rp 92 miliar. Dalam kolom deskripsi tertulis harga jual sudah turun dua kali dari Rp 103 miliar dan masih bisa dinego.

“Jual Cepat!! Murah!! Hotel Siap Operasi Di Jakarta Pusat,” tertulis dalam suatu situs jual beli properti, dikutip Kamis (29/5/2025).

Hotel 9 lantai ini terdiri dari 84 kamar. LuasĀ https://greenbrierarpharmacy.com/services/ bangunan 3.500 meter persegi, sedangkan luas tanah 866 meter persegi.

Tim detikProperti juga menemukan hotel-hotel yang dipasarkan dengan harga di bawah nilai jual objek pajak (NJOP). Dari pantauan di beberapa situs jual beli properti, ada hotel di kawasan Cideng, Jakarta Pusat seharga Rp 60 miliar.

Harga tersebut separuh dari NJOP hotel. Dalam kolom deskripsi, disebutkan NJOP total hotel itu senilai Rp 119 miliar.

“Dijual 50% dari NJOP Hotel Bintang 3 Losari Cideng Jakarta Pusat,” tertulis dalam salah satu situs jual beli properti, dikutip Jumat (30/5/2025).

Hotel itu terdiri dari 102 kamar dengan 10 lantai dan satu basement. Luas tanah hotel 1.163 meter persegi, sedangkan bangunannya 6.902 meter persegi.

Biang Kerok Industri Hotel Babak Belur

Menurut Pengamat Properti Ferry Salanto, kondisi industri perhotelan, khususnya di Jakarta, tengah menghadapi tantangan berat. Tingkat hunian hotel tetap mengalami penurunan yang cukup signifikan meski di tengah momen yang seharusnya mendongkrak okupansi, seperti musim liburan dan konser.

“Rata-rata, penurunan omzet hotel mencapai sekitar 30 persen dibandingkan tahun lalu. Salah satu penyebab utamanya adalah efisiensi anggaran pemerintah,” ujar Ferry saat dihubungi detikProperti, Jumat (30/5/2025).

Ia menjelaskan efisiensi anggaran pemerintah berdampak langsung terhadap penurunan permintaan atas layanan hotel. Hal tersebut terutama dari segmen kegiatan pemerintahan dan korporat.

Selain itu, permintaan akan hotel juga menurun karena daya beli masyarakat yang melemah. Lalu, wisatawan domestik dan mancanegara pun tengah berkurang.

Ferry mengatakan tanpa adanya strategi pemulihan yang tepat, industri perhotelan berisiko mengalami penurunan yang lebih dalam. Ia menilai ada kemungkinan hotel menghadapi penutupan permanen.

Menurutnya, pemilik hotel perlu mengambil langkah-langkah inovatif untuk bertahan dan beradaptasi dengan kebutuhan generasi baru. Generasi ini mengutamakan efisiensi, pengalaman digital, dan fleksibilitas.

“Pengelola hotel harus benar-benar memahami apa yang dicari oleh pasar saat ini, misalnya apakah masih memerlukan ruang pertemuan besar atau justru lebih menyukai ruang serba guna yang lebih kecil dan multifungsi,” ujar Ferry.

Bagi hotel-hotel terpaksa tutup, ia menyebut opsi alih fungsi bangunan dapat dipertimbangkan. Namun, langkah ini memerlukan analisis komprehensif, baik dari sisi struktur bangunan, regulasi, maupun kebutuhan pasar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *