Muda-mudi yang berencana membeli rumah biasanya mulai mencari berbagai informasi terkait cara membeli rumah pertama. Tak jarang, mereka tertarik dengan sistem Kredit Pemilikan Rumah (KPR) apabila dana di tabungan belum cukup.
KPR memang menjadi solusi bagi banyak orang yang ingin memiliki rumah tanpa diharuskan membayar tunai. Artis Meisya Siregar pun menjadi salah satu orang yang memanfaatkan sistem tersebut.
Melalui unggahannya di akun Instagram pribadi, Meisya membagikan cerita perjuangannya melunasi cicilan KPR di usia 45 tahun. Ia pun menganjurkan para anak muda untuk tidak berambisi berlebihan untuk memiliki rumah sebelum usia 30 tahun.
“Tenang … Ini lhooo…, Tante sm Om baru lunas umur 45 tahun… Bukan berarti kami enggak sukses dan gagal yaah…,” tulis Meisya dalam unggahannya.
Dalam unggahan tersebut, Meisya mengaku dirinya dan sang suami, Bebi Romeo, tak menjadikan pelunasan KPR sebagai prioritas. Alasannya, dirinya dan sang suami belum memiliki ilmu. Alhasil, uang yang dimilikinya lebih banyak diputarkan untuk bisnis dan sempat merugi saat pandemi covid.
Meisya melihat banyak anak muda sekarang yang tak mau membeli rumah dengan mencicil. Pasalnya, para muda-mudi merasa alokasi cicilan ditambah bunga KPR bisa digunakan untuk investasi di instrumen lain dengan peluang yang lebih baik. Namun, ia mengatakan bahwa ini semua adalah soal prioritas.
Dari cerita itu, tak sedikit yang bertanya-tanya, sebenarnya berapa usia dan gaji yang ideal untuk mengajukan KPR?
Perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho mengatakan usia minimal untuk mengajukan KPR adalah 21 tahun. Alasannya, diasumsikan orang di usia tersebut sudah mulai bekerja atau sudah beberapa tahun bekerja, sehingga diasumsikan penghasilannya sudah mulai stabil.
Menurut dia, kestabilan penghasilan ini diperlukan oleh pihak pemberi KPR agar pembayaran cicilan KPR setiap bulannya bisa lancar dan tidak menunggak.
“Karena bila sampai menunggak atau bahkan sampai gagal bayar dan harus dilakukan penyitaan, tentu akan merugikan pemberi KPR juga,” jelasnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (⅖).
Sementara, kata Andi, syarat penghasilan minimal untuk bisa mendapatkan KPR subsidi adalah pada kisaran Rp4 juta-Rp7 juta per bulan.
Alasannya, apabila penghasilan di bawah angka tersebut, dikhawatirkan uang penghasilan tiap bulannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari lainnya karena sudah dipotong untuk membayar cicilan KPR.
“Dengan asumsi penghasilan Rp4 juta dan cicilan KPR maksimal 30 persen dari penghasilan alias sebesar Rp1,2 juta, maka orang tersebut memiliki Rp2,8 juta untuk memenuhi kebutuhan lainnya,” jelas dia lebih lanjut.
Ia pun merinci dengan asumsi gaji Rp4 juta, maka cicilan maksimalnya adalah 30 persen alias Rp1,2 juta. Maka selebihnya Rp2,8 juta tersebut sebaiknya disisihkan:
10 persen alias Rp280 ribu untuk ditabung atau diinvestasikan.
10 persen alias Rp280 ribu sebagai dana darurat
Selebihnya Rp2.240.000 untuk kebutuhan sehari-hari lainnya.
Namun, Andi menyarankan dengan penghasilan Rp4 juta, sebaiknya mencari properti yang cicilan KPR-nya maksimal 20 persen saja.
“Sehingga jumlah cicilannya bisa makin kecil dan makin banyak uang yang bisa kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan lainnya lagi,” jelas dia.
Wajib Punya Penghasilan
Sementara itu, perencana keuangan Zelts Consulting Ahmad Gozali mengatakan usia tak menjadi patokan untuk pengambilan keputusan KPR. Menurutnya, KPR bisa diambil di usia berapa saja, asalkan sudah memiliki penghasilan.
Namun, menurutnya, semakin muda usia, maka semakin fleksibel seseorang dalam memilih jangka waktu KPR. Pasalnya, pengambilan KPR hanya boleh maksimal hingga usia pensiun alias 55 tahun.
Maka itu, semakin panjang KPR yang diambil, maka semakin kecil juga cicilannya. Tentu dengan bunga yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ada yang punya strategi sedini mungkin mulai KPR. Biar di awal nyicil diambil maksimal cicilannya terasa berat, tapi kebutuhan hidup belum banyak karena masih single atau belum punya anak,” kata dia.
“Lama-lama kan penghasilan naik, sedangkan cicilan cenderung tetap. Jadi ada alokasi untuk biaya anak setelah cicilan KPR terasa lebih enteng dengan penghasilan yang sudah naik,” jelas Ahmad lebih lanjut.
Kemudian, lanjutnya, ada juga yang memiliki strategi untuk menunggu penghasilan berkembang lebih besar, agar sekalian bisa ambil rumah dengan nilai yang lebih besar dan ukuran rumah yang lebih layak. Hal ini dilakukan dengan mengontrak rumah dulu di awal, kemudian nanti beli rumah jika sudah kuat ambil KPR yang agak besar.
Ahmad juga berpendapat besaran gaji kurang relevan untuk dijadikan patokan pengambilan KPR. Yang lebih relevan adalah apakah status seseorang sudah karyawan tetap atau bukan. Hal ini, katanya, berpengaruh ke penilaian bank.
“Yang kedua, lebih relevan besar gaji dibandingkan dengan nilai rumah yang dibeli. Saya sih sarankan nilai rumah itu sekitar 3 tahun gaji. Kalau gajinya Rp10 juta per bulan, berarti boleh beli rumah seharga Rp360 juta,” ujar dia.
“Itu kalau KPR-nya selesai dalam waktu 10 tahun. Kalau mau KPR selesai 15 tahun, masih boleh ambil rumah yang di atasnya sampai 4 tahun gaji,” lanjutnya.
Jika disimulasikan, dengan gaji Rp10 juta, kemampuan cicil Rp3,5 juta per bulan alias 35 persen dari penghasilan. Jadi, masih banyak ruang untuk kebutuhan hidup lainnya.
Menurutnya, dengan cicilan Rp3,5 juta per bulan, seseorang bisa mengambil rumah sekitar Rp350 jutaan dan dapat lunas dalam waktu sekitar 10 tahun. Atau, ambil rumah senilai Rp450 jutaan bisa lunas dalam waktu 15 tahun.
“Tentu saja ini masih hitungan kasar saja dengan asumsi bunga KPR 9 persen,” tutur Ahmad.